Urwah Bin Zubair
URWAH BIN ZUBAIR
1. Nama,
Kelahiran dan Sifat'sifatnya
Namanya: Urwah bin
Az-Zubair bin Al-Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai Al-Qurasy Al-Asadi, Abu Abdillah
Al-Madani At-Faqih, salah seorang dari tujuh ulama fikih Madinah yang terkenal.
Kelahirannya: Khulaifah berkata, "Urwah brn Az-Ztbair dilahirkan pada
tahun 23 Hijriyah. Mush'ab
bin Abdullah berkata, "Dia dilahirkan setelah enam tahun sejak kekhalifahan
Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu." Murrah berkata, "Dia
dilahirkan pada tahun 29 Hijriyah."
Sifat-sifatnya:
Dari Muhammad bin Hilal, dia berkata, “Aku melihat Urwah sama sekali tidak pernah memelihara kumisnya dan
dia selalu memotongnya dengan baik."
Dari Ishaq bin Yahya, dia berkata, "Aku
melihat Urwah sering memakai selendang yang berwarna kekuning-kuningan."
2. Sanjungan
Para Ulama Terhadapnya
Muhammad bin
Sa'ad berkata, "Urwah adalah seorang yang dapat dipercaya, banyak
meriwayatkan hadits, ahli fikih, luas wawasan keilmuannya, meyakinkan dan dapat
dipercaya."
Ahmad bin Abdullah
Al-'Ajali berkata, "Dia adalah orang yang bersosial tinggi dan mudah
bergaul, dapat dipercaya, seorang yang saleh dan tidak pernah terjebak dalam fitnah."
Dari Umar bin
Abdul Aziz, dia berkata, "Tidak ada seorang pun yang lebih luas wawasannya
daripada urwah bn Az-Zubair. Dan apa yang dia ketahui, maka dia tahu pula yang
tidak diketahuinya meski hanya sedikit."
Dari Az-Zuhri, dia berkata, "Aku
melihat Urwah bin Az-Zubair
bagaikan lautan yang tidak keruh airnya
karena deru ombak."
Dari Hisyam dia
berkata, "Demi Allah, aku tidak pemah belajar satu juz pun dari dua ribu
juz hadits ayahku."
Dari Abdurrahman
bin Humaid bin Abdirrahman
dia berkata, “Aku masuk
masjid bersama ayal'r. Kemudian aku melihat banyak orang mengerumuni seseorang,
lalu ayah berkata, "Coba lihat, siapa yang dikerumuni banyak orang
itu?" Lalu aku mencoba melihatnya dan temyata dia adalah Urwah bin
Az-Zubair. setelah itu, aku memberitahukan kepada ayah dan aku sendiri merasa
heran, lalu ayah mengatakan, "Wahai puteraku, janganlah kamu heran, kamu
telah melihat salah seorang sahabat Rasulullah g, mereka itu
sedang bertanya atau meminta fatwa kepadanya."
Dari Sufyan bin
Uyainah, dia berkata, "Ada tiga orang yang paling tahu tentang hadits
riwayat sayyidah Aisyah Radhiyattahu Anha, mereka adalah: Al-Qasim bin Muhammad, Urwah bin Az-Zubair dan Umrah binti
Abdurrahman'"
Dari Abu
Az-Zinad, dia berkata, “Aku
tidak melihat seorang pun yang
lebih banyak meriwayatkan syair dari Urwah bin Az-Zubair'"
Adz Dzahabi berkata, "Dia merupakan orang
yang kuat hafalannya dan konsisten, ahli fikih dan ahli sirah (biografi dan
perjalanan hidup seseorang). Dia termasuk orang pertama yang menulis buku tentang Al Maghazi (peperangan)."
Dari Az-Zuhri, dia berkata, "Aku pemah datang
ke rumah Urwah bin Az-Zubair, kemudian aku berdiri lama di depan pintunya. Kalaupun
aku ingin masuk, dengan mudah aku dapat memasuki rumahnya' namun aku tidak
masuk ke rumahnya karena menghormatinya'”
3.
Kegigihannya dalam Mencari llmu
Dari Abu Bakar bin Abdirrahman bin Al-Harits bin
Hisyam, dia berkata, “Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu dimiliki oleh salah
satu dari tiga orang berikut orang yang mempunyai jabatan sehingga ilmu
tersebut menghiasinya, atau dimiliki oleh orang yang beragama dimana ilmu tersebut
dapat mengganggunya, atau ilmu meniadi budak Penguasa sehingga sang penguasa
itu rela memuseumkan ilmunya (tidak perduli dengan ilmu yang dimilikinya). Dan
tidak seorang pun yang lebih tahu tentang tiga cacat ini dari Urwah bn Az-Zubair
dan Umar bin Abdul Aziz"'
Dari Hisyam dari ayahnya, dia berkata, "Kamu
telah melihatku melakukan empat kali ibadah haji (empat tahun) sebelum
meninggalnya Aisyah Radhiyallahu Anha." Aku-Hisyam-berkata, “Jika Aisyah meninggal
padahari ini, aku tidak terlalu menyesalinya karena aku telah meriwayatkan
hadits darinya. Ayahku pernah
memberitahuku untuk mencari hadits dari seorang Muhajirin, sehingga aku pun
lalu datang menemuinya. Setelah sampai di rumahnya, ternyata dia telah
meriwayatkan (hadits tersebut). Aku duduk di depan pintunya dan menanyakan
tentang keberadaannya'"
Dari Qabishah
bin Dzu'aib, dia berkata, "Saat
itu kami hidup di masa pemerintahan Khalifah Muawiyah. Di akhir masa
pemerintahannya, pada suatu malam kami berkumpul dalam sebuah pengajian di
masjid; Aku, Mush'ab bin
Az-Zubair, Urwah bin Az-Zubair, Abu Bakar bin
Abdirrahman bin Auf dan Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah. Dan kami berpisah pada siang
harinya. Aku pernah berguru
kepada Zaid bin Tsabit yang saat itu menjadi kepala pengadilan dan lembaga
pemberi fatwa, pengajaran Al-Qur'an dan ilmu Faraidh di Madinah
pada masa Umar bin
Al-Khathab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib Ridwanullahi Alaihim Ajma'in. Kemudian aku dan Abu Bakar bin Abdirrahman berguru kepada Abu Hurairah Sedangkan urwah bin Az-Zubair telah lebih
dahulu berguru kepada Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha."
4. lbadahnya
Dari Hammad bin Zaid dari Hisyam bin Urwah, dia
berkata, "Sesungguhnya ayahnya selalu melakukan puasa.” Dari Ali bin Al-Mubarak
Al-Hana'i, dia berkata, “Hisyam bin Urwah telah memberitahukan kepada kami, dia
berkata bahwa sesungguhnya ayahnya sering melakukan puasa sepanjang tahun
kecuali pada saat hari raya Idul Fitri dan hari raya kurban (Idul Adha). Hingga
ketika dia meninggal pun tetap dalam keadaan berpuasa."2 Dari Malik bin
Anas dari Hisyam bin Urwah, dia berkata, “Kami pernah berjalan-jalan dengan
Urwah bin Az-Zubair. Dia saat itu sedang berpuasa, akan tetapi kami
tetap makan. walaupun begitu dia tidak menyuruh kami
untuk melakukan hal yang sama yaitu berpuasa (seperti dia) dan dia pun tidak
membatalkan puasanya."
Dari Ibnu Syaudzab, dia berkata, "Urwah bin Az-Zubair selalu membaca seperempat Al-Qur'an dengan cara melihat
mushaf setiap hari, dan bangun malam untuk melakukan shalat sunnah dengan
membaca seperempat Al Qur'an juga.
Dia tidak pernah meninggalkan rutinitasnya itu sedikitpun kecuali saat kakinya
harus diamputasi karena dia menderita kanker yang menyebar dan menggerogoti
tubuhnya.
Di saat musim
dingin, dia selalu memperbarui dinding rumahnya agar tampak indah, kemudian
mengundang orang-orang untuk datang ke rumahnya, menyediakan mereka makan dan
memberikan oleh-oleh ketika pulang."
Dari Abdullah
bin Muhammad bin Ubaid, dia berkata, "Urwah bin Az Zubair tidak
pernah meninggalkan dzikirnya kecuali pada malam saat kakinya harus diamputasi,
dia berkata dalam beberapa bait syair yang indah
"Demi
Umurku yang berada di tangan-Nya Aku yakin bahwa kakiku tak pernah mengajakku
berbuat keji dan munglur. Tak pula pendengaran dan penglihatan, aknl dan pikiranku
Ketahuilah bahwa mulai zaman dahulu tidak ada suatu musibah pun yang menimpaku Kecuali telah menimpa orang lain
sebelumku."
5. Menjauhi Orang lain dan Membangun lstana
Dari Hisyam bin Urwah, dia berkata, "Ketika
Urwah membangun rumahnya dari batu-batu akik, orang-orang berkata kepadanya,
"Anda telah mengeringkan (tidak mau peduli) dengan masjid
Rasulullah." Mendengar itu dia menjawab, "Sesungguhnya aku juga melihat masjid-masjid
mereka kosong dan pasar-pasar sepi. Hanya perbuatan mungkar dan kejilah yang
merajalela."
Di dalam
rumahnya yang terbuat dari batu-batu akik, Urwah mengalunkan sebuah syair yang
indah,
Kami membangunnya dengan sebaik-baik
bangunan
Dengan memuji
kepada Allah yang menganugerahkan
kepadaku batu akik
Kalian dapat melihat merek yang memandangnya dengan rasa dengki dan
irihati
Dengan jelas
mereka memandang dengan kesinisan
Hancurlah
orang-orang yang memusuhi
Bangunan ini
akan membuat marah musuh-musuhku dan sekaligus menyenangkan teman-temanku
Semua orang
aknn memandangnya Berjalan dan berteduh
di dalam rumah akik ini
Ada yang
mengatakan, "Ketika dia selesai membangun rumah Urwah bn Az-Zubair dan
juga memperbaiki saluran air ataupun sumur di sekitarnya, dia mengundang masyarakat dan
orang-orang yang lewat, mengajak mereka makan
bersama, sehingga mereka berkenan untuk mendoakannya agar mendapatkan
keberkahan dari Allah, dan setelah itu mereka pun lantas pergi."
Dari Abdullah
bin Hasan, dia berkata, "Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib sering
berbincang-bincang dengan Urwah bin Az-Zubair setiap malam menjelang subuh di
belakang Masjid Rasulullah. Aku juga ikut bersama mereka berdua.
Pada suatu
malam, kami memperbincangkan tentang keburukan dan kezhaliman yang dilakukan
Bani Umayyah. Akan tetapi, keadaan saat itu tidak memungkinkan kami untuk
melakukan perubahan (mengingatkan mereka). Kemudian mereka memperbincangkan tentang ketakutan
mereka terhadap adzab Allah yang akan menimpa mereka. Maka, Urwah bin Az-Zubair
berkata, "Wahai Ali, sesungguhnya orang yang mengucilkan diri (tidak mau
bergaul) dari orang-orang yang suka berbuat kezhaliman, maka tentu Allah
mengetahui bahwa penyebabnya adalah orang itu tidak menyukai perbuatan mereka. Jika mereka melakukan suatu
perbuatan tercela kemudian Allah menimpakan adzab kepada mereka, maka aku
berharap orang tersebut selamat dari musibah yang ditimpakan tersebut"
Dia (perawi)
berkata "Kemudian Urwah
bin Az-Zubar pulang ke rumah dan mengisolasi diri di rumah akiknya itu."
6. Kisah Kedatanganya Kepada Khalifah Abdul Malik
Setelah Kematian Saudaranya Ibnu Uyainah berkata,
"Ketika lbnu Az-Zubair terbunuh, Urwah bin Az Zubair pergi ke Madinah
dengan membawa harta dan menitipkannya. Dia menghadap Khalifah Abdul
Malik untuk menyampaikan berita itu, sebelum sang khalifah mendengamya dari
orang lain.
Ketika sampai di
depan pintu istana, dia berkata kepada penjaga, "Katakan kepada Amirul
Mukminin bahwa Abu Abdillah ada di depan pintu istananya." Penjaga itu
bertanya, "Siapa Abu Abdillah itu?" Dia berkata, "Katakan
kepadanya begini, begini." Penjaga itu pun segera beranjak menghadap
khalifah dan berkata, "Di sana ada seseorang yang baru saja datang dan begini-begini (menceritakan
sifat dan ciri-ciri orang yang baru dilaporkannya)." Khalifah berkata,
"Itu adalah Urwah bin
Az-Zubair, izinkan dia
masuk!"
Ketika
melihatnya, buru-buru khalifah bertanya, "Bagaimana keadaan Abu Bakar
-maksudnya Abdullah bin Az Zubair?" Urwah menjawab, "Dia
telah terbunuh." Lalu khalifah beranjak turun dari tempat duduknya dan
bersujud. Tak lama setelah itu datanglah sepucuk surat dari Al-Hajjaj Ats Tsaqafi (salah seorang keturunan Bani
Umayyah yang zhalim) untuk Abdul Malik bin Marwan
yang berisi, "Sesungguhnya
Urwah brn Az-Zubair telah
keluar dengan membawa banyak harta."
Dia (perawi) berkata, "Kemudian sang khalifah
menyampaikan isi surat Al-Hajjaj tersebut kepada Urwah sambil berkata,
"Janganlah Anda mengundang seseorang hingga dia mau mengeluarkan pedangnya
dan mati sebagai syahid,' Ketika Urwah bin Az-zubair mendengarnya, dia lantas
menulis surat untuk Al-Hajjaj Ats-Tsaqafi, "Hendaklah Anda berpaling dari
masalah ini."
7. Kisah pernikahannya dengan Saudah binti Abdulah
bin Umar
Dari Abu Al-Aswad dari Urwah bin Az-Zubair, dia
berkata, "Aku telah mengajukan pinangan kepada Ibnu Umar untuk puterinya
Saudah. Pada saat itu kami sedang melakukan thawaf sehingga dia tidak
melayani pinangan yang aku ajukan itu. Ketika sudah berada di Madinah setelah
melakukan thawaf tadi, aku lewat di depannya dan Ibnu Umar bertanya,
"Apakah kamu yang kemarin menginginkan Saudah?" aku meniawab,
"Ya." Ibnu Umar berkata, "Kamu mengatakannya saat kita sedang
melakukan thawaf, kita sedang menghadirkan Allah dalam pikiran dan hati kita.
Apakah kamu ada keperluan dengannya?" Aku menjawab, "Hati-hati kalau
bicara (tentang hal ini), jangan keras-keras." Ibnu Umar berkata,
"wahai bocah, undanglah Abdullah bin Abdullah dan budaknya Nafi'."
Urwah melanjutnya ceritanya, "Lahu aku katakan kepadanya, “Apakah aku undang juga sebagian keluarga Az-Zubair?" Ibnu Umar menjawab,
"Tidak perlu." Aku berkata lagi, "Budaknya Khubaib?" Dia
berkata, "Itu lebih tidak mungkin lagi!"
Kemudian, aku
mengundang mereka, dan
setelah mereka datang Ibnu Umar berkata kepada mereka berdua, "Ini adalah
Urwah bin Abi Abdullah dan kalian berdua telah mengenalnya dengan baik. Dia
telah mengajukan pinangan kepada puteriku Saudah dan aku telah setuju untuk
menikahkannya sehingga dia boleh dan berhak sebagaimana layaknya seorang muslim
dengan muslimah untuk saling mempergauli dengan baik atau menceraikannya dengan
baik pula. Mereka telah boleh melakukan sesuatu yang sebelumnya dilarang.
Apakah kamu menerimanya wahai Urwah?" Aku menjawab, "Ya, aku menerimanya." Dia berkata,
"Semoga Allah memberikan berkah pada pemikahan kalian berdua."
8. Kesabarannya
Dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya, dia berkata,
"Dia terkena penyakit kangker pada kakinya, dan seseorang pernah berkata
kepadanya, "Maukah Anda aku panggilkan tabib?" Dia berkata, "Jika
kamu berkenan." Lalu, sang tabib pun datang dan berkata, "Aku
akan memberikan minuman kepada Anda dan minuman itu menghilangkan kesadaran
Anda untuk beberapa saat."
Mendengar itu
Urwah berkata, "Urus
saja dirimu, aku tidak yakin kalau ada seseorang yang mau meminum suatu obat
yang menghilangkan kesadarannya sehingga dia tidak ingat lagi kepada
Tuhannya."
Dia (perawi)
berkata, "Kemudian sang tabib itu akhimya memotong lututnya sebelah kiri
dengan tanpa obat bius, dan kami semua berada di sekelilingnya menyaksikannya.
Hebahya, dia tidak mbngaduh sedikitpun. Ketika kakinya telah terpotong, dia
berkata "Kalaulah memang Engkau Ya Allah telah mengambil kakiku, Engkau
pun telah menyisakan hidup kepadaku. Kalaulah Engkau memberikan cobaan sakit
kepadaku, Engkau pun telah memberikan kesembuhannya." Darr hebatnya, pada
malam itu juga dia tidak meninggalkan rutinitasnya yaitu melakukan shalat malam
dengan membaca seperempat Al-Qur'an."
Dari'Am bin
Saleh dari Hisyam bin Urwah bahwasanya ayahnya pergi menghadap Khalifah
Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan. Ketika sampai di lembah Al-Qura, dia
mendapati kakinya terkena sesuatu dan terluka. Kemudian, dia pun merasakan
sakitnya semakin parah.
Ketika sampai di
hadapan Khalifah Al-Walid, dia (Al-Walid) berkata, "Wahai Abu Abdillah,
potong saja kakimu itu!" Urwah berkata, "Boleh saja." Lalu, sang
khalifah memanggilkan tabib untuknya. Tabib itu berkata, "Minumlah ramuan
yang mengandung obat tidur." Dia tidak mau melakukannya, kemudian dengan
tanpa obat bius, tabib itu memotongnya sampai sebatas lutut dan tidak
lebih."
Setelah itu,
Urwah hanya mengucapkan, "Cukup-cukup." Al-Walid berkata, "Aku
sama sekali belum pemah melihat orangtua yang kesabarannya seperti ini."
Pada saat dia
melakukan perjalanan ini, dia
juga diterpa musibah berupa kematian
puteranya Muhammad, -dimana pada saat di kandang dia diserang keledainya-. Akan
tetapi, aku tidak mendengar sepatah kata pun keluar darinya mengomentari berita
duka ini. Ketika telah sampai di lembah Al Qura,
dia baru berkata, "sesungguhnya krta telah merasa letih larena perialanan
krta ini.'(Al-Kahfi: 62)
Ya Allah,
aku telah mempunyai tujuh keturunan dan Engkau telah mengambil satu dari mereka
dan Engkau masih tinggalkan yang erulm. Aku juga mempunyai anggota tubuh
yang emPat, dan Engkau telah mengambil salah satunya dan Engkau masih
tinggalkan yang tiga. Jikalau Engkau memberikan cobaan sakit, Engkau Pun telah
menyembuhkannya. jikalau Engkau telah mengambilnya (kaki), Engkau masih
memberikan hidup."
Dari Abdullah
bin Urwah, dia berkata bahwa ayahnya melihat-lihat kakinya dalam sebuah baskom
berisi air, kemudian dia berkata, "Allah mengetahui bahwa aku tidak pernah
melangkahkan kakiku ini kepada kemaksiatan, dan aku pun mengetahui hal
itu."
Dari Abdul Malik
bin Abdul Aziz dan yang lain, mereka berkata, "sesungguhnya Isa bin
Thalhah pernah datang menemui Urwah bin Az Zubair ketika dia baru pulang dari
menghadap Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan dengan kaki yang sudah
putus. Dia lalu berkata kepada beberapa
anaknya, "Bukakan kakiku untuk paman kalian agar dia bisa
melihatnya!" Kemudian pamarmya melihatnya.
Setelah melihatnya, Isa bin Thalhah
berkata, "Wahai Abu
Abdillah, kita tidak diciptakan untuk saling berkelahi dan bermusuhan, Allah
masih memberikan apa yang kami butuhkan dari sosok sepertimu, yaitu akal dan
wawasan pengetahuanmu." Mendengar itu, urwah bin
Az-zubair berkata, "Tidak ada seorang pun pembesuk yang paling bisa
menghiburku sepertimu."
Ibnu Khalkan
berkata, "orang yang paling bisa menghibumya adalah Ibrahim bin Muhammad
bin Thalhah, dia berkata, "Demi Allah kamu tidak perlu berjalan kaki,
tidak pula merangkak untuk bergerak, karena salah satu anggota tubuh dan salah
seorang dari anakmu (yang telah meninggal dunia) akan mengajakmu masuk surga,
dan semuanya akan saling mengikuti -jika Allah menghendaki-. Allah
masih menyisakan apa yang kami butuhkan darimu, yaitu membaca wawasan dan pengetahuanmu dan
juga pendapatmu. semoga Allah berkenan memberikan pertolongan dan pahala-Nya
kepadamu, sebagai pelindung kehormatanmu. "
9.
Guru dan Murid-muridnya
Guru-gurunya: Al-Hafizh berkata, “Dia meriwayatkan hadits dari
beberapa gurunya di antaranya; ayahnya, saudaranya Abdullah binzubair, Ibunya
Asma'binti Abu Bakar Ash-shiddiq, Ali bin Abi rhalib, said bin Zaid bin Amr bin
Nufail, Hukaim bin Hizam, zaidbnTsabit, Abdullah bin Ja,far, Abdullah bin
Abbas, Abdullah bin Umar Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Usamah brnZaid, Abu
Aylmb, Abu Hurairah, Hajjaj Al-Aslami, sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi, Amr bin
Al-Asb Muhammad bin Maslamah, Al-Miswar bin Mukhramah, Al-Mughirah bin
Asy-Syu,bah, Najiah Al-Aslami, Abu Humaid As-saidi, Hisyam bin Hukaim bin
Hizam, Yatsar bin Mukrim, Basrah binti shafwarr, Zainab binti Abi salamah, Umar
bin Abi salamah dan ibunya Ummu salamah isteri Rasulullah, ummu Hani' binti Abu
Thalib, Ummu Hubaibah binti Abu Sufyan, Jabir bin Abdullah Al-Anshari, An-Nu'man
bin Basyir, Ubaidillah bin Adi bin Al-Khiyar, Marwan bin Al-Hakam, Basyir bin
Abi Mas'ud Al-Anshari, Hamran Maula Utsman, Abdullah bin Zam'ah bin AI-Aswad,
Abdurrahman bin Abdul Qari, Nafi' bin Jubair bin Math'am, Abu Murawih
Al-Ghifari, Abu Salamah bin Abdirrahman (dia kerabatnya) dan masih banyak lagi
yang lain."
Murid-Muridnya: Al-Hafizh berkata, "Ada beberapa orang yang
meriwayatkan hadits darinya di antaranya; Abdullah, Utsman, Hisyam,
Muhammad,Yahya, cucunya Umar bin Abdullah bin Urwah, keponakannya Muhammad bin
Ja'far bin Az-Zlbair, Abu Al-Aswad Muhammad bin Abdirrahman bin Naufal, Hubaib
dan Zumail budaknya, Sulaiman bin Yasar, Abu Salamah bin Abdirrahman, Abu
Burdah bin Abi Musa, Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah (mereka termasuk
saudaranya), Tamim bin Salamah AsSulami, Sa'ad bin Ibrahim bin Abdirrahman bin
'Auf, Said bin Khalid bin Amr Ibnu Utsman bin Affan, Shaleh bin Kaisan,
Az-ZrrJlri, Abdullah bin Abi Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, Abu Az-Zinad,
Ibnu Abi Mulaikah, Abdullah bin Dinar bin Mukram Al-Aslami, Abdullah Al-Bahi,
'Urak bin Malik, 'Atha' bin Abi Rabah, Umar bin Abdul Aziz, Amr bin Dinar,
Muhammad bin Ibrahim At-Taimi, Yazid bin Abdullah bin Hushaifah, Abu Bakar bin
Hafsh bin Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash,Ia'far bin Muhammad bin Muhammad bin
Ali bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Shafwan bin Sulaim dan Yahya bin Ibnu
Katsir, akan tetapi ada yang mengatakan bahwa yang terakhir ini (Yahya bin
Katsir) tidak pernah mendengar hadits darinya, dan yang lain."
10. Beberapa Mutiara Perkataannya
Dari Hisyam bin Urwah, dia berkata, "Urwah
brn Az-Zubair berkata kepada anaknya, "Wahai puteraku, kalian tidak akan
mendapatkan petunjuk dari Tuhan kalian, selama kalian merasa malu untuk meniti
jalan kemuliaanNya. Sesungguhnya, Allah Dzat yang memuliakan orang-orang yang pantas mendapat kemuliaan
dan berhak, Dialah Dzat yang berhak memilihnya."
Dia juga
berkata, "Wahai puteraku, belajarlah kalian, karena jika kalian dahulu
adalah orang-orang kecil dan terbuang, maka semoga kalian menjadi pembesar
mereka kelak di kemudian hari (karena ilmu pengetahuan). Sukakah kalian menjadi
orangtua yang bodoh?!"
Dia berkata,
"Jika kalian melihat celah yang buruk dari seseorang, maka
berhati-hatilah! Walaupun dia itu baik di mata banyak oran& karena dia
punya banyak teman atau saudara. Dan jika kalian melihat celah kebaikan dari seseorang, maka janganlah kalian berputus
asa! Walaupun dia itu buruk di mata banyak orang, karena dia juga banyak
teman."
Dia berkata,
"Manusia dengan zamannya
itu lebih serupa daripada kedua orangtua laki-laki dan perempuannya."
Dari Hisyam bin
Urwah dari ayahnya, dia berkata, "Dalam sebuah nasehat tertulis, ayah
berkata, "Ucapkanlah perkataan yang baik, perlihatkanlah wajah yang ramah
dan tersenyum, sehingga kamu akan menjadi orang yang paling dicintai
Allah."
Dari Muawiyah
bin Ishaq dari Urwah, dia berkata, "Tidak akan pemah berbakti kepada kedua
orangtuanya, orang yang berlaku kasar kepada mereka."
Hisyam berkata,
" Ayahberkata, "Banyak ucapan ringan yang mungkin diucapkan seseorang
dalam sekejab saja, akan tetapi ia akan membekas atau menjadikannya orang mulia
dalam tempo waktu yang lama."
Dia juga
berkata, "Aku tidak pernah mengajarkan suatu ilmu kepada seseorang di luar
batas kemampuarurya karena hal itu dapat menyesatkannya."
11. Meninggalnya
Az-Zubair berkata, "Urwah bin Az-Zubair meninggal dunia pada usia
yang ke 67 tahun."
Ibnu Al-Madini
berkata, "Dia meninggal dunia pada tahun 93 Hijriyah."
Al-Haitsam dan Al-Waqidi,
Abu Ubaidah, Yahya bin Mu'in dan Al-Falas berkata, "Dia meninggal dunia
pada tahun 94 Hijriyah."
Muawiyah bin Saleh dari Yahya bin Mu'in dalam
kitab "Tasmiyat Tabi’iyyi Ahli Al-Madinati wa Muhadditsihim" dia berkata, "Abu Bakar bin Abdirrahman,
Urwah bin Az-Zubair, Said dan Ali bin Al-Hasan meninggal dunia pada tahun 94
Hijriyah sehingga tahun ini disebut sebagai Sanah Al-Fuqaha' (tahun para ahli
fikih karena mereka banyak yang meninggal pada tahun tersebut)."
Dari Abdul Hukaim
bin Abdullah bin Farwah, dia berkata, "Urwah bin Az-Zubair meninggal dunia
dengan meninggalkan banyak harta. Dia di kubur di distrik Majah pada hari
Jum'at tahun 94 Hijriyah." [*]
Src : Biografi Ulama Salaf
Comments
Post a Comment