Urwah Bin Zubair

 

URWAH BIN ZUBAIR

1.       Nama, Kelahiran dan Sifat'sifatnya

Namanya: Urwah bin Az-Zubair bin Al-Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai Al-Qurasy Al-Asadi, Abu Abdillah Al-Madani At-Faqih, salah seorang dari tujuh ulama fikih Madinah yang terkenal. Kelahirannya: Khulaifah berkata, "Urwah brn Az-Ztbair dilahirkan pada tahun 23 Hijriyah. Mush'ab bin Abdullah berkata, "Dia dilahirkan setelah enam tahun sejak kekhalifahan Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu." Murrah berkata, "Dia dilahirkan pada tahun 29 Hijriyah."

Sifat-sifatnya: Dari Muhammad bin Hilal, dia berkata, Aku melihat Urwah sama sekali tidak pernah memelihara kumisnya dan dia selalu memotongnya dengan baik."

Dari Ishaq bin Yahya, dia berkata, "Aku melihat Urwah sering memakai selendang yang berwarna kekuning-kuningan."

2.       Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

Muhammad bin Sa'ad berkata, "Urwah adalah seorang yang dapat dipercaya, banyak meriwayatkan hadits, ahli fikih, luas wawasan keilmuannya, meyakinkan dan dapat dipercaya."

 

Ahmad bin Abdullah Al-'Ajali berkata, "Dia adalah orang yang bersosial tinggi dan mudah bergaul, dapat dipercaya, seorang yang saleh dan tidak pernah terjebak dalam fitnah."

 

Dari Umar bin Abdul Aziz, dia berkata, "Tidak ada seorang pun yang lebih luas wawasannya daripada urwah bn Az-Zubair. Dan apa yang dia ketahui, maka dia tahu pula yang tidak diketahuinya meski hanya sedikit."

 

Dari Az-Zuhri, dia berkata, "Aku melihat Urwah bin Az-Zubair bagaikan lautan yang tidak keruh airnya karena deru ombak."

 

Dari Hisyam dia berkata, "Demi Allah, aku tidak pemah belajar satu juz pun dari dua ribu juz hadits ayahku."

 

Dari Abdurrahman bin Humaid bin Abdirrahman dia berkata, Aku masuk masjid bersama ayal'r. Kemudian aku melihat banyak orang mengerumuni seseorang, lalu ayah berkata, "Coba lihat, siapa yang dikerumuni banyak orang itu?" Lalu aku mencoba melihatnya dan temyata dia adalah Urwah bin Az-Zubair. setelah itu, aku memberitahukan kepada ayah dan aku sendiri merasa heran, lalu ayah mengatakan, "Wahai puteraku, janganlah kamu heran, kamu telah melihat salah seorang sahabat Rasulullah g, mereka itu sedang bertanya atau meminta fatwa kepadanya."

 

Dari Sufyan bin Uyainah, dia berkata, "Ada tiga orang yang paling tahu tentang hadits riwayat sayyidah Aisyah Radhiyattahu Anha, mereka adalah: Al-Qasim bin Muhammad, Urwah bin Az-Zubair dan Umrah binti Abdurrahman'"

 

Dari Abu Az-Zinad, dia berkata, Aku tidak melihat seorang pun yang lebih banyak meriwayatkan syair dari Urwah bin Az-Zubair'"

 

Adz Dzahabi berkata, "Dia merupakan orang yang kuat hafalannya dan konsisten, ahli fikih dan ahli sirah (biografi dan perjalanan hidup seseorang). Dia termasuk orang pertama yang menulis buku tentang Al Maghazi (peperangan)."

 

Dari Az-Zuhri, dia berkata, "Aku pemah datang ke rumah Urwah bin Az-Zubair, kemudian aku berdiri lama di depan pintunya. Kalaupun aku ingin masuk, dengan mudah aku dapat memasuki rumahnya' namun aku tidak masuk ke rumahnya karena menghormatinya'

 

3.       Kegigihannya dalam Mencari llmu

Dari Abu Bakar bin Abdirrahman bin Al-Harits bin Hisyam, dia berkata, “Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu dimiliki oleh salah satu dari tiga orang berikut orang yang mempunyai jabatan sehingga ilmu tersebut menghiasinya, atau dimiliki oleh orang yang beragama dimana ilmu tersebut dapat mengganggunya, atau ilmu meniadi budak Penguasa sehingga sang penguasa itu rela memuseumkan ilmunya (tidak perduli dengan ilmu yang dimilikinya). Dan tidak seorang pun yang lebih tahu tentang tiga cacat ini dari Urwah bn Az-Zubair dan Umar bin Abdul Aziz"'

 

Dari Hisyam dari ayahnya, dia berkata, "Kamu telah melihatku melakukan empat kali ibadah haji (empat tahun) sebelum meninggalnya Aisyah Radhiyallahu Anha." Aku-Hisyam-berkata, “Jika Aisyah meninggal padahari ini, aku tidak terlalu menyesalinya karena aku telah meriwayatkan hadits darinya.  Ayahku pernah memberitahuku untuk mencari hadits dari seorang Muhajirin, sehingga aku pun lalu datang menemuinya. Setelah sampai di rumahnya, ternyata dia telah meriwayatkan (hadits tersebut). Aku duduk di depan pintunya dan menanyakan tentang keberadaannya'"

 

Dari Qabishah bin Dzu'aib, dia berkata, "Saat itu kami hidup di masa pemerintahan Khalifah Muawiyah. Di akhir masa pemerintahannya, pada suatu malam kami berkumpul dalam sebuah pengajian di masjid; Aku, Mush'ab bin Az-Zubair, Urwah bin Az-Zubair, Abu Bakar bin Abdirrahman bin Auf dan Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah. Dan kami berpisah pada siang harinya. Aku pernah berguru kepada Zaid bin Tsabit yang saat itu menjadi kepala pengadilan dan lembaga pemberi fatwa, pengajaran Al-Qur'an dan ilmu Faraidh di Madinah pada masa Umar bin Al-Khathab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib Ridwanullahi Alaihim Ajma'in. Kemudian aku dan Abu Bakar bin Abdirrahman berguru kepada Abu Hurairah  Sedangkan urwah bin Az-Zubair telah lebih dahulu berguru kepada Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha."

 

4.        lbadahnya

Dari Hammad bin Zaid dari Hisyam bin Urwah, dia berkata, "Sesungguhnya ayahnya selalu melakukan puasa.” Dari Ali bin Al-Mubarak Al-Hana'i, dia berkata, “Hisyam bin Urwah telah memberitahukan kepada kami, dia berkata bahwa sesungguhnya ayahnya sering melakukan puasa sepanjang tahun kecuali pada saat hari raya Idul Fitri dan hari raya kurban (Idul Adha). Hingga ketika dia meninggal pun tetap dalam keadaan berpuasa."2 Dari Malik bin Anas dari Hisyam bin Urwah, dia berkata, “Kami pernah berjalan-jalan dengan Urwah bin Az-Zubair. Dia saat itu sedang berpuasa, akan tetapi kami tetap makan.  walaupun begitu dia tidak menyuruh kami untuk melakukan hal yang sama yaitu berpuasa (seperti dia) dan dia pun tidak membatalkan puasanya."

 

Dari Ibnu Syaudzab, dia berkata, "Urwah bin Az-Zubair selalu membaca seperempat Al-Qur'an dengan cara melihat mushaf setiap hari, dan bangun malam untuk melakukan shalat sunnah dengan membaca seperempat Al Qur'an juga. Dia tidak pernah meninggalkan rutinitasnya itu sedikitpun kecuali saat kakinya harus diamputasi karena dia menderita kanker yang menyebar dan menggerogoti tubuhnya.

 

Di saat musim dingin, dia selalu memperbarui dinding rumahnya agar tampak indah, kemudian mengundang orang-orang untuk datang ke rumahnya, menyediakan mereka makan dan memberikan oleh-oleh ketika pulang."

 

Dari Abdullah bin Muhammad bin Ubaid, dia berkata, "Urwah bin Az Zubair tidak pernah meninggalkan dzikirnya kecuali pada malam saat kakinya harus diamputasi, dia berkata dalam beberapa bait syair yang indah  

"Demi Umurku yang berada di tangan-Nya Aku yakin bahwa kakiku tak pernah mengajakku berbuat keji dan munglur. Tak pula pendengaran dan penglihatan, aknl dan pikiranku Ketahuilah bahwa mulai zaman dahulu tidak ada suatu musibah pun yang menimpaku Kecuali telah menimpa orang lain sebelumku."

 

5.        Menjauhi Orang lain dan Membangun lstana

 

Dari Hisyam bin Urwah, dia berkata, "Ketika Urwah membangun rumahnya dari batu-batu akik, orang-orang berkata kepadanya, "Anda telah mengeringkan (tidak mau peduli) dengan masjid Rasulullah." Mendengar itu dia menjawab, "Sesungguhnya aku juga melihat masjid-masjid mereka kosong dan pasar-pasar sepi. Hanya perbuatan mungkar dan kejilah yang merajalela."

 

Di dalam rumahnya yang terbuat dari batu-batu akik, Urwah mengalunkan sebuah syair yang indah,

 

Kami membangunnya dengan sebaik-baik bangunan

Dengan memuji kepada Allah yang menganugerahkan kepadaku batu akik

Kalian dapat melihat merek yang memandangnya dengan rasa dengki dan irihati

Dengan jelas mereka memandang dengan kesinisan

Hancurlah orang-orang yang memusuhi

Bangunan ini akan membuat marah musuh-musuhku dan sekaligus menyenangkan teman-temanku

Semua orang aknn memandangnya Berjalan dan berteduh di dalam rumah akik ini

 

Ada yang mengatakan, "Ketika dia selesai membangun rumah Urwah bn Az-Zubair dan juga memperbaiki saluran air ataupun sumur di sekitarnya, dia mengundang masyarakat dan orang-orang yang lewat, mengajak mereka makan bersama, sehingga mereka berkenan untuk mendoakannya agar mendapatkan keberkahan dari Allah, dan setelah itu mereka pun lantas pergi."

 

Dari Abdullah bin Hasan, dia berkata, "Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib sering berbincang-bincang dengan Urwah bin Az-Zubair setiap malam menjelang subuh di belakang Masjid Rasulullah. Aku juga ikut bersama mereka berdua.

 

Pada suatu malam, kami memperbincangkan tentang keburukan dan kezhaliman yang dilakukan Bani Umayyah. Akan tetapi, keadaan saat itu tidak memungkinkan kami untuk melakukan perubahan (mengingatkan mereka). Kemudian mereka memperbincangkan tentang ketakutan mereka terhadap adzab Allah yang akan menimpa mereka. Maka, Urwah bin Az-Zubair berkata, "Wahai Ali, sesungguhnya orang yang mengucilkan diri (tidak mau bergaul) dari orang-orang yang suka berbuat kezhaliman, maka tentu Allah mengetahui bahwa penyebabnya adalah orang itu tidak menyukai perbuatan mereka. Jika mereka melakukan suatu perbuatan tercela kemudian Allah menimpakan adzab kepada mereka, maka aku berharap orang tersebut selamat dari musibah yang ditimpakan tersebut"

 

Dia (perawi) berkata "Kemudian Urwah bin Az-Zubar pulang ke rumah dan mengisolasi diri di rumah akiknya itu."

 

6.        Kisah Kedatanganya Kepada Khalifah Abdul Malik

 

Setelah Kematian Saudaranya Ibnu Uyainah berkata, "Ketika lbnu Az-Zubair terbunuh, Urwah bin Az Zubair pergi ke Madinah dengan membawa harta dan menitipkannya. Dia menghadap Khalifah Abdul Malik untuk menyampaikan berita itu, sebelum sang khalifah mendengamya dari orang lain.

 

Ketika sampai di depan pintu istana, dia berkata kepada penjaga, "Katakan kepada Amirul Mukminin bahwa Abu Abdillah ada di depan pintu istananya." Penjaga itu bertanya, "Siapa Abu Abdillah itu?" Dia berkata, "Katakan kepadanya begini, begini." Penjaga itu pun segera beranjak menghadap khalifah dan berkata, "Di sana ada seseorang yang baru saja datang dan begini-begini (menceritakan sifat dan ciri-ciri orang yang baru dilaporkannya)." Khalifah berkata, "Itu adalah Urwah bin Az-Zubair, izinkan dia masuk!"

 

Ketika melihatnya, buru-buru khalifah bertanya, "Bagaimana keadaan Abu Bakar -maksudnya Abdullah bin Az Zubair?" Urwah menjawab, "Dia telah terbunuh." Lalu khalifah beranjak turun dari tempat duduknya dan bersujud. Tak lama setelah itu datanglah sepucuk surat dari Al-Hajjaj Ats Tsaqafi (salah seorang keturunan Bani Umayyah yang zhalim) untuk Abdul Malik bin Marwan yang berisi, "Sesungguhnya Urwah brn Az-Zubair telah keluar dengan membawa banyak harta."  

 

Dia (perawi) berkata, "Kemudian sang khalifah menyampaikan isi surat Al-Hajjaj tersebut kepada Urwah sambil berkata, "Janganlah Anda mengundang seseorang hingga dia mau mengeluarkan pedangnya dan mati sebagai syahid,' Ketika Urwah bin Az-zubair mendengarnya, dia lantas menulis surat untuk Al-Hajjaj Ats-Tsaqafi, "Hendaklah Anda berpaling dari masalah ini."

 

7.        Kisah pernikahannya dengan Saudah binti Abdulah bin Umar

 

Dari Abu Al-Aswad dari Urwah bin Az-Zubair, dia berkata, "Aku telah mengajukan pinangan kepada Ibnu Umar untuk puterinya Saudah. Pada saat itu kami sedang melakukan thawaf sehingga dia tidak melayani pinangan yang aku ajukan itu. Ketika sudah berada di Madinah setelah melakukan thawaf tadi, aku lewat di depannya dan Ibnu Umar bertanya, "Apakah kamu yang kemarin menginginkan Saudah?" aku meniawab, "Ya." Ibnu Umar berkata, "Kamu mengatakannya saat kita sedang melakukan thawaf, kita sedang menghadirkan Allah dalam pikiran dan hati kita. Apakah kamu ada keperluan dengannya?" Aku menjawab, "Hati-hati kalau bicara (tentang hal ini), jangan keras-keras." Ibnu Umar berkata, "wahai bocah, undanglah Abdullah bin Abdullah dan budaknya Nafi'." Urwah melanjutnya ceritanya, "Lahu aku katakan kepadanya, Apakah aku undang juga sebagian keluarga Az-Zubair?" Ibnu Umar menjawab, "Tidak perlu." Aku berkata lagi, "Budaknya Khubaib?" Dia berkata, "Itu lebih tidak mungkin lagi!"

 

Kemudian, aku mengundang mereka, dan setelah mereka datang Ibnu Umar berkata kepada mereka berdua, "Ini adalah Urwah bin Abi Abdullah dan kalian berdua telah mengenalnya dengan baik. Dia telah mengajukan pinangan kepada puteriku Saudah dan aku telah setuju untuk menikahkannya sehingga dia boleh dan berhak sebagaimana layaknya seorang muslim dengan muslimah untuk saling mempergauli dengan baik atau menceraikannya dengan baik pula. Mereka telah boleh melakukan sesuatu yang sebelumnya dilarang. Apakah kamu menerimanya wahai Urwah?" Aku menjawab, "Ya, aku menerimanya." Dia berkata, "Semoga Allah memberikan berkah pada pemikahan kalian berdua."

 

8.        Kesabarannya

 

Dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya, dia berkata, "Dia terkena penyakit kangker pada kakinya, dan seseorang pernah berkata kepadanya, "Maukah Anda aku panggilkan tabib?" Dia berkata, "Jika kamu berkenan." Lalu, sang tabib pun datang dan berkata, "Aku akan memberikan minuman kepada Anda dan minuman itu menghilangkan kesadaran Anda untuk beberapa saat."

 

Mendengar itu Urwah berkata, "Urus saja dirimu, aku tidak yakin kalau ada seseorang yang mau meminum suatu obat yang menghilangkan kesadarannya sehingga dia tidak ingat lagi kepada Tuhannya."

 

Dia (perawi) berkata, "Kemudian sang tabib itu akhimya memotong lututnya sebelah kiri dengan tanpa obat bius, dan kami semua berada di sekelilingnya menyaksikannya. Hebahya, dia tidak mbngaduh sedikitpun. Ketika kakinya telah terpotong, dia berkata "Kalaulah memang Engkau Ya Allah telah mengambil kakiku, Engkau pun telah menyisakan hidup kepadaku. Kalaulah Engkau memberikan cobaan sakit kepadaku, Engkau pun telah memberikan kesembuhannya." Darr hebatnya, pada malam itu juga dia tidak meninggalkan rutinitasnya yaitu melakukan shalat malam dengan membaca seperempat Al-Qur'an."

 

Dari'Am bin Saleh dari Hisyam bin Urwah bahwasanya ayahnya pergi menghadap Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan. Ketika sampai di lembah Al-Qura, dia mendapati kakinya terkena sesuatu dan terluka. Kemudian, dia pun merasakan sakitnya semakin parah.

 

Ketika sampai di hadapan Khalifah Al-Walid, dia (Al-Walid) berkata, "Wahai Abu Abdillah, potong saja kakimu itu!" Urwah berkata, "Boleh saja." Lalu, sang khalifah memanggilkan tabib untuknya. Tabib itu berkata, "Minumlah ramuan yang mengandung obat tidur." Dia tidak mau melakukannya, kemudian dengan tanpa obat bius, tabib itu memotongnya sampai sebatas lutut dan tidak lebih."

 

Setelah itu, Urwah hanya mengucapkan, "Cukup-cukup." Al-Walid berkata, "Aku sama sekali belum pemah melihat orangtua yang kesabarannya seperti ini."

 

Pada saat dia melakukan perjalanan ini, dia juga diterpa musibah berupa kematian puteranya Muhammad, -dimana pada saat di kandang dia diserang keledainya-. Akan tetapi, aku tidak mendengar sepatah kata pun keluar darinya mengomentari berita duka ini. Ketika telah sampai di lembah Al Qura, dia baru berkata, "sesungguhnya krta telah merasa letih larena perialanan krta ini.'(Al-Kahfi: 62)

 

 Ya Allah, aku telah mempunyai tujuh keturunan dan Engkau telah mengambil satu dari mereka dan Engkau masih tinggalkan yang erulm. Aku juga mempunyai anggota tubuh yang emPat, dan Engkau telah mengambil salah satunya dan Engkau masih tinggalkan yang tiga. Jikalau Engkau memberikan cobaan sakit, Engkau Pun telah menyembuhkannya. jikalau Engkau telah mengambilnya (kaki), Engkau masih memberikan hidup."

 

Dari Abdullah bin Urwah, dia berkata bahwa ayahnya melihat-lihat kakinya dalam sebuah baskom berisi air, kemudian dia berkata, "Allah mengetahui bahwa aku tidak pernah melangkahkan kakiku ini kepada kemaksiatan, dan aku pun mengetahui hal itu."

 

Dari Abdul Malik bin Abdul Aziz dan yang lain, mereka berkata, "sesungguhnya Isa bin Thalhah pernah datang menemui Urwah bin Az Zubair ketika dia baru pulang dari menghadap Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan dengan kaki yang sudah putus. Dia lalu berkata kepada beberapa anaknya, "Bukakan kakiku untuk paman kalian agar dia bisa melihatnya!" Kemudian pamarmya melihatnya.

 

Setelah melihatnya, Isa bin Thalhah berkata, "Wahai Abu Abdillah, kita tidak diciptakan untuk saling berkelahi dan bermusuhan, Allah masih memberikan apa yang kami butuhkan dari sosok sepertimu, yaitu akal dan wawasan pengetahuanmu." Mendengar itu, urwah bin Az-zubair berkata, "Tidak ada seorang pun pembesuk yang paling bisa menghiburku sepertimu."

 

Ibnu Khalkan berkata, "orang yang paling bisa menghibumya adalah Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah, dia berkata, "Demi Allah kamu tidak perlu berjalan kaki, tidak pula merangkak untuk bergerak, karena salah satu anggota tubuh dan salah seorang dari anakmu (yang telah meninggal dunia) akan mengajakmu masuk surga, dan semuanya akan saling mengikuti -jika  Allah menghendaki-. Allah masih menyisakan apa yang kami butuhkan darimu, yaitu membaca wawasan dan pengetahuanmu dan juga pendapatmu. semoga Allah berkenan memberikan pertolongan dan pahala-Nya kepadamu, sebagai pelindung kehormatanmu. "

 

9.        Guru dan Murid-muridnya

 

Guru-gurunya: Al-Hafizh berkata, “Dia meriwayatkan hadits dari beberapa gurunya di antaranya; ayahnya, saudaranya Abdullah binzubair, Ibunya Asma'binti Abu Bakar Ash-shiddiq, Ali bin Abi rhalib, said bin Zaid bin Amr bin Nufail, Hukaim bin Hizam, zaidbnTsabit, Abdullah bin Ja,far, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Usamah brnZaid, Abu Aylmb, Abu Hurairah, Hajjaj Al-Aslami, sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi, Amr bin Al-Asb Muhammad bin Maslamah, Al-Miswar bin Mukhramah, Al-Mughirah bin Asy-Syu,bah, Najiah Al-Aslami, Abu Humaid As-saidi, Hisyam bin Hukaim bin Hizam, Yatsar bin Mukrim, Basrah binti shafwarr, Zainab binti Abi salamah, Umar bin Abi salamah dan ibunya Ummu salamah isteri Rasulullah, ummu Hani' binti Abu Thalib, Ummu Hubaibah binti Abu Sufyan, Jabir bin Abdullah Al-Anshari, An-Nu'man bin Basyir, Ubaidillah bin Adi bin Al-Khiyar, Marwan bin Al-Hakam, Basyir bin Abi Mas'ud Al-Anshari, Hamran Maula Utsman, Abdullah bin Zam'ah bin AI-Aswad, Abdurrahman bin Abdul Qari, Nafi' bin Jubair bin Math'am, Abu Murawih Al-Ghifari, Abu Salamah bin Abdirrahman (dia kerabatnya) dan masih banyak lagi yang lain."

 

Murid-Muridnya: Al-Hafizh berkata, "Ada beberapa orang yang meriwayatkan hadits darinya di antaranya; Abdullah, Utsman, Hisyam, Muhammad,Yahya, cucunya Umar bin Abdullah bin Urwah, keponakannya Muhammad bin Ja'far bin Az-Zlbair, Abu Al-Aswad Muhammad bin Abdirrahman bin Naufal, Hubaib dan Zumail budaknya, Sulaiman bin Yasar, Abu Salamah bin Abdirrahman, Abu Burdah bin Abi Musa, Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah (mereka termasuk saudaranya), Tamim bin Salamah AsSulami, Sa'ad bin Ibrahim bin Abdirrahman bin 'Auf, Said bin Khalid bin Amr Ibnu Utsman bin Affan, Shaleh bin Kaisan, Az-ZrrJlri, Abdullah bin Abi Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, Abu Az-Zinad, Ibnu Abi Mulaikah, Abdullah bin Dinar bin Mukram Al-Aslami, Abdullah Al-Bahi, 'Urak bin Malik, 'Atha' bin Abi Rabah, Umar bin Abdul Aziz, Amr bin Dinar, Muhammad bin Ibrahim At-Taimi, Yazid bin Abdullah bin Hushaifah, Abu Bakar bin Hafsh bin Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash,Ia'far bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Shafwan bin Sulaim dan Yahya bin Ibnu Katsir, akan tetapi ada yang mengatakan bahwa yang terakhir ini (Yahya bin Katsir) tidak pernah mendengar hadits darinya, dan yang lain."

 

10.    Beberapa Mutiara Perkataannya

 

Dari Hisyam bin Urwah, dia berkata, "Urwah brn Az-Zubair berkata kepada anaknya, "Wahai puteraku, kalian tidak akan mendapatkan petunjuk dari Tuhan kalian, selama kalian merasa malu untuk meniti jalan kemuliaanNya. Sesungguhnya, Allah Dzat yang memuliakan orang-orang yang pantas mendapat kemuliaan dan berhak, Dialah Dzat yang berhak memilihnya."

 

Dia juga berkata, "Wahai puteraku, belajarlah kalian, karena jika kalian dahulu adalah orang-orang kecil dan terbuang, maka semoga kalian menjadi pembesar mereka kelak di kemudian hari (karena ilmu pengetahuan). Sukakah kalian menjadi orangtua yang bodoh?!"

 

Dia berkata, "Jika kalian melihat celah yang buruk dari seseorang, maka berhati-hatilah! Walaupun dia itu baik di mata banyak oran& karena dia punya banyak teman atau saudara. Dan jika kalian melihat celah kebaikan dari seseorang, maka janganlah kalian berputus asa! Walaupun dia itu buruk di mata banyak orang, karena dia juga banyak teman."

 

Dia berkata, "Manusia dengan zamannya itu lebih serupa daripada kedua orangtua laki-laki dan perempuannya."

 

Dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya, dia berkata, "Dalam sebuah nasehat tertulis, ayah berkata, "Ucapkanlah perkataan yang baik, perlihatkanlah wajah yang ramah dan tersenyum, sehingga kamu akan menjadi orang yang paling dicintai Allah."

 

Dari Muawiyah bin Ishaq dari Urwah, dia berkata, "Tidak akan pemah berbakti kepada kedua orangtuanya, orang yang berlaku kasar kepada mereka."

 

Hisyam berkata, " Ayahberkata, "Banyak ucapan ringan yang mungkin diucapkan seseorang dalam sekejab saja, akan tetapi ia akan membekas atau menjadikannya orang mulia dalam tempo waktu yang lama."

 

Dia juga berkata, "Aku tidak pernah mengajarkan suatu ilmu kepada seseorang di luar batas kemampuarurya karena hal itu dapat menyesatkannya."

 

 

11.    Meninggalnya

 

Az-Zubair berkata, "Urwah bin Az-Zubair meninggal dunia pada usia yang ke 67 tahun."

 

Ibnu Al-Madini berkata, "Dia meninggal dunia pada tahun 93 Hijriyah."

 

Al-Haitsam dan Al-Waqidi, Abu Ubaidah, Yahya bin Mu'in dan Al-Falas berkata, "Dia meninggal dunia pada tahun 94 Hijriyah."

 

Muawiyah bin Saleh dari Yahya bin Mu'in dalam kitab "Tasmiyat Tabi’iyyi Ahli Al-Madinati wa Muhadditsihim"  dia berkata, "Abu Bakar bin Abdirrahman, Urwah bin Az-Zubair, Said dan Ali bin Al-Hasan meninggal dunia pada tahun 94 Hijriyah sehingga tahun ini disebut sebagai Sanah Al-Fuqaha' (tahun para ahli fikih karena mereka banyak yang meninggal pada tahun tersebut)."

 

Dari Abdul Hukaim bin Abdullah bin Farwah, dia berkata, "Urwah bin Az-Zubair meninggal dunia dengan meninggalkan banyak harta. Dia di kubur di distrik Majah pada hari Jum'at tahun 94 Hijriyah." [*]


Src : Biografi Ulama Salaf

Comments

Popular posts from this blog

Download Kitab Silsilatul Ta’lim Al Lughah Al Arabiyah (FULL)

Download Kitab Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah